Sabtu, 05 September 2009

saya sebagai saksi bisu (2/4)

Pada semester ke 2 tahun 2005, badan saya masih tetap dua ruangan. Pada waktu tersebut, Kepala Sekolah, Bapak Istar Abadi, mempunyai tugas lain yang sulit ditinggalkan. Akhirnya pengurus Yayasan mengangkat psikolog sekolah volunteer, Ibu Rita, sebagai Wakil Kepala Sekolah (wakasek). 

Wakasek dengan segala keterbatasannya berusaha melaksanakan amanah tersebut. Dia mulai ikut berpikir bagaimana penerimaan siswa baru dan pembangunan ruang tambahan tahun pelajaran 2005/2006. Untuk peralatan dan operasional proses belajar-mengajar beberapa donatur memberikan donasinya. Namun ketika bulan-bulan terakhir menjelang tahun pelajaran baru, dana betul-betul macet. Pembangunan untuk memperluas badan saya dihentikan. Wakasek sangat bingung ... namun alhamdulillah dia dapat pinjaman lunak soft loan untuk menyelesaikan badan saya hingga menjadi 4 ruangan 7m x 8m dan 1 ruangan 3m x 8m. Bapak Mujahid Afandi, Bapak Khudlori, Bapak T. Sihite, Bapak Karim, dll banyak memberikan suntikan dana hingga proses pendidikan berjalan dengan baik, dengan segala suka-dukanya.

Menjelang Tahun Pelajaran 2005/2006, pengurus Yayasan bersepakat untuk meminta Wakasek menjadi Kepala Sekolah. Semula Ibu Wakasek keberatan dengan beratnya amanah yang akan ditanggung, namun akhirnya dengan didukung oleh suaminya, dia menyanggupi dengan catatan Yayasan harus mendukung penyelenggaraan proses pendidikan sesuai dengan prinsip paedagogis dan psikologis. Pihak Yayasan pun menyetujui.

Sepanjang tahun 2005 Ketua Yayasan dengan dibantu Bapak Jonni dan Bapak Basuki mengupayakan izin operasional yang diajukan Yayasan ke Departemen Pendidikan Nasional. Dan alhamdulillah dengan tak disangka-sangka ... bulan Desember 2005 SMP IT Insan Harapan (Inhar) mendapat izin operasional.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin. Allah Maha Pengasih dan Penyayang.

Menjelang Tahun Pelajaran 2006/2007, terjadi keadaan yang memprihatinkan. Sekitar bulan Pebruari 2006, hujan lebat mengguyur saya. Dini hari tersebut Bapak Sidik sebagai penjaga malam menelepon Bapak Basuki dan Bapak Sholihin mengabarkan bahwa hujan lebat tersebut mengakibatkan badan saya kemasukan air. Dari jalan yang lebih tinggi daripada fondasi untuk menopang badan saya mengalirlah air masuk ke dalam ruang kelas setinggi 7 cm. Wah... betapa nelangsanya... komputer ada yang terletak di lantai, buku-buku, arsip-arsip kena air.

Tahun ke tiga TP 2006/2007 dengan suasana begini apakah ada yang tertarik untuk bersekolah? Kualitas pendidikan belum jelas terlihat karena belum ada lulusan dan para siswa Inhar masih harus menginduk ke SMP negeri terdekat.

Tahun ke tiga adalah tahun terberat... siswa angkatan pertama akan mengikuti ujian nasional ... tahun ini pula akan terukur kualitas pendidikan di Inhar.

(bersambung)

Tidak ada komentar: